Tegal, PortalPantura.com:
Bahasa Ngapak Tegalan akan dimasukan kedalam kurikulum sekolah, hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya lokal dikalangan generasi muda.
Walikota Tegal Dedy Yon Supriyono menyebut, bahasa Ngapak Tegal memiliki ciri khas tersendiri.
“Bahasa Ngapak Tegal memiliki dialek yang berbeda dan dikenal lugas,” tutur Dedy usai menghadiri Sarasehan Pemberdayaan Dialek Tegalan di Hotel Kawasan Pantura, Sabtu (12/12/2020).
Dalam sarasehan yang diselenggarakan oleh Yayasan Podhang tersebut terlihat hadir sejumlah tokoh baik dari kalangan pejabat, akademisi maupun budayawan tampil sebagai pembicara. Mereka antara lain Walikota Tegal, Dedy Yon Supriyono, Dr M Suryadi MHum (dosen FKIB) Universitas Diponegoro Semarang, Dr Maufur Marghub Abdul Azis MPd (penulis buku Tegalan yang juga dosen UPS) serta Atmo Tan Sidik (pegiat literasi sekaligus Budayawan Pantura).
Kata Dedy, dengan memasukan bahasa Ngapak Tegal, merupakan upaya dan komitmen bersama dalam rangka melestarikan bahasa lokal.
“Saya minta nanti Dinas Pendidikan memasukan pelajaran bahasa Ngapak Tegal dalam kurikulum pendidikan di Kota Tegal,” ucap Dedy.
Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik memiliki pandangan bahwa bahasa daerah dapat memunculkan kedekatan emosional psikologis.
Ujar Atmo, saat berkomunikasi menggunakan bahasa daerah ada kehangatan psikologis.
“Ketika berkomunikasi tidak hanya mengedepankan logika, tapi estetika, bukan hanya rasio tapi roso (rasa), dan bahasa daerah sangat memunculkan itu, kedekatan emosional psikologis,” terang Atmo.
Atmo mengungkapkan, bahasa Ngapak Tegal tidak hanya dipakai di Kota Tegal saja, tetapi juga dipakai di daerah lain seperti Kabupaten Tegal, Brebes, dan Pemalang.
Selama ini, ungkap Atmo, bahasa Ngapak Tegal kerap dianggap sebagai bahasa yang kasar dan dijadikan lelucon sehingga tidak sedikit anak muda yang malu dan minder menggunakan bahasa tersebut.
“Dari pengalaman saya keliling daerah, sekarang banyak anak muda yang kurang fasih dalam bahasa ibu, tidak paham silsilah dan sejarahnya. Inilah yang disebut pertahanan kebudayaan,” ungkap Atmo. [*]