Portal Pantura – Dominasi PDI Perjuangan di Jawa Tengah, yang telah menjadi “kandang banteng” sejak era Pilkada langsung pada 2008, mengalami pukulan telak dalam Pilkada 2024.
Berdasarkan hasil quick count dari sejumlah lembaga survei, pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen, yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, berhasil unggul atas pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang didukung oleh PDI Perjuangan.
Hasil survei menunjukkan pasangan Luthfi-Yasin memperoleh suara terbanyak dibandingkan Andika-Hendrar.
Sejarah Panjang Dominasi PDI Perjuangan di Jawa Tengah
PDI Perjuangan pertama kali mengukuhkan pengaruhnya di Jawa Tengah melalui Pilkada langsung 2008.
Pada saat itu, pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih, yang diusung partai ini, memenangkan Pilkada dengan meraih 43,44 persen suara dari total 14 juta suara sah.
Bibit dan Rustriningsih kemudian dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur.
Namun, hubungan Bibit dengan PDI Perjuangan memburuk. Pada Pilkada 2013, Bibit memutuskan maju kembali sebagai calon gubernur melalui dukungan partai lain, yakni Demokrat, Golkar, dan PAN.
Langkah ini memicu reaksi keras dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang secara terbuka menyatakan kekecewaannya.
Sebagai gantinya, PDI Perjuangan mencalonkan pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko. Ganjar, yang saat itu menjabat anggota DPR, sukses memenangkan Pilkada dengan meraih 48,82 persen suara.
Pada Pilkada 2018, PDI Perjuangan kembali mencalonkan Ganjar, kali ini berpasangan dengan Taj Yasin Maimoen.
Dukungan luas dari partai koalisi seperti Golkar, Demokrat, PPP, dan Nasdem membuat pasangan ini berhasil mempertahankan kemenangan dengan perolehan suara mencapai 58,78 persen.
Kekalahan di Pilkada 2024: Faktor dan Implikasi
Kekalahan PDI Perjuangan di Pilkada Jateng 2024 menjadi momen bersejarah, mengingat dominasi partai ini yang begitu kuat selama tiga periode berturut-turut.
Pasangan Andika-Hendrar, meskipun memiliki profil kuat, menghadapi tantangan besar dari KIM Plus, yang mengusung Luthfi-Yasin.
Koalisi ini terdiri dari berbagai partai besar, termasuk Gerindra, PKB, Golkar, Demokrat, dan PKS, yang bersatu untuk mendukung kandidat mereka.
Sejumlah analis menilai bahwa faktor keberagaman koalisi serta strategi kampanye yang agresif menjadi alasan utama keberhasilan Luthfi-Yasin.
Selain itu, dinamika politik lokal, seperti ketidakpuasan sebagian pemilih terhadap kepemimpinan sebelumnya, juga turut memengaruhi hasil Pilkada.
Bagi PDI Perjuangan, hasil ini menjadi sinyal untuk mengevaluasi strategi politiknya, terutama menjelang Pemilu 2024 yang lebih luas.
Kekalahan ini menandai tantangan besar bagi partai tersebut untuk kembali merebut kepercayaan masyarakat di Jawa Tengah.***