Ragam

Sampyong Olah Raga Kesenian Bela Diri Catatan Perjalanan Sejarah Balapulang Tegal

Cahyo Pewarta
×

Sampyong Olah Raga Kesenian Bela Diri Catatan Perjalanan Sejarah Balapulang Tegal

Sebarkan artikel ini

Portal Pantura, – Sontak warga nampak terperangah kaget kala hadir di perhelatan pembukaan Festival jajanan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) Wetan saat pembukaan pada awal Maret 2024 saksikan beberapa anak remaja berpakaian pesilat atraksi Olah Raga seni bela diri.

Nah gelaran Jajanan UMKM warga Desa ini diselenggarakan oleh Katar atau Karang Taruna dikemas sederhana dan menghidupkan usaha kecil khususnya masyarakat Desa di bulan ramadan 1445 Hijriah menggunakan lokasi jalan alternatif penghubung antar desa.

Menariknya lagi, para pesilat ini tak hanya menampilkan beragam jurus tetapi juga melakukan aksi mematahkan pemukul kayu berukuran 60 cm dengan cara memukul ke lengan pesilat lain.

Imam Joend seniman, pencipta lagu asal Desa Wetan sekaligus penggiat seni budaya di menceritakan bila Olah Raga Seni Bela Diri Sampyong sudah ada sejak dirinya masih berusia anak anak.

Bahkan Seni Bela Diri Sempyong dibawa kakek buyutnya untuk diajarkan kepada masyarakat Desa yang kala itu dihuni tentara Belanda juga merupakan area Pabrik Gula Pertama di .

Dijelaskan Imam Joend kala perbincangan usai pembukaan Festival Katar, Olah Raga kesenianBela Diri Sampyong sudah ada turun temurun, tetapi seiring perjalanan waktu, Seni Bela Diri seakan ditinggalkan masyarakat.

“Seni Bela Diri Sampyong tak terlepaskan dengan perjalanan sejarah di wilayah Desa yang kini terbagi dua yakni Kulon dan Wetan” terangnya.

Sampyong merupakan seni bela diri adu ketangkasan dan kekuatan memukul dan dipukul dan kerap pula mengunakan alat terbuat dari kayu atau rotan yang cukup keras kisaran ukuran 60 cm dengan cara dihantam ke lengan

Konon menurut cerita  berkembang di masyarakat Seni Bela Diri Sempyong ini dahulu hanya dimiliki oleh para ulama dan jawara untuk berjuang membela tanah air dan kemunculannya di Desa .

Imam Joend Seniman dan juga masih ada keterkaitan dengan para leluhur pembawa seni bela diri sempyong ini menjelaskan bahwa sejatinya pemerintah memberi perhatian pada seni seni bela diri yang turut mengiringi catatan sejarah.

Sehingga menurutnya kesenian ini tidak punah termakan waktu, apalagi festival pencak silat seni tradisional pun jarang terdengar di , padahal .merupakan wilayah kaya akan potensi seni budaya peninggalan sejarah.

Diantaranya julukan Kampung Belanda di dengan sederet bangunan sisa jaman Belanda, bahkan pendopo kantor kecamatan masih terasa berdesain Belanda serta sederet gedung Perhutani pun masih berdiri kokoh dengan aroma jaman tersebut.

Desa Bangga Budaya merupakan program unggulan guna melestarikan seni budaya dan Seni Bela Diri tradisional Sampyong masuk dalam kategori 5 besar seleksi bersama desa lainnya diantaranya,

  1. Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa –
    Revitalisasi Cagar Budaya dan Wisata Religi
  2. Desa Kepunduhan, Kecamatan Kramat – Desa Sinema