BREBES – Rumah warga di Kecamatan Sirampog trpaksa dirobohkan karena dinilai berbahaya jika terus dibiarkan berdiri. Rumah tersebut berada di Dukuh Sambung Regel, Desa Manggis, Kecamatan Sirampog.
Rumah yang dirobohkan tersebut merupakan rumah yang sudah tidak layak huni lagi karena telah rusak akibat tanah bergerak yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Jika dibiarkan berdiri, kami khawatir akan membahayakan,” kata Satgas Penanggulangan Bencana (PB) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes Budi Sujatmiko.
Ia mengungkapkan, ada 5 bangunan yang dirobohkan pada Sabtu (16/1/2021). Sebelumnya juga telah dilakukan perobohan bangunan lainya.
Perobohan bangunan dilakukan oleh tim gabungan diantaranya PB BPBD Kabupaten Brebes, TNI, Polri, dan relawan lainya dari berbagai organisasi serta masyarakat setempat.
Proses perobohan bangunan sendiri memakan waktu beberapa lama karena dilakukan dengan menggunakan alat seadanya. Tembok bangunan diikat dengan tali yang kemudian ditarik secara bersama-sama hingga roboh.
Asap tebal terlihat mengepul setelah tembok bangunan berhasil roboh. Selanjutnya tim memberisihkan puing-puing bangunan yang telah dirobohkan itu.
Bantuan Berdatangan
Untuk meringankan beban warga yang terkena musibah tanah bergerak, bantuan terus berdatangan di posko bencana tanah bergerak Desa Sambung Regel. Salah satu bantuan berasal dari anggota DPRD Kabupaten Brebes Jhoni Waluyo.
Ia menyerahkan sejumlah uang tunai melalui posko bencana tanah bergerak yang didirikan di lokasi kejadian.
“Saya berempati kepada para korban atas musibah yang menimpa mereka,” kata Jhoni.
Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD Kabupaten Brebes ini juga meninjau rumah warga yang rusak terkena bencana alam tersebut.
“Kami dari fraksi PAN terketuk hatinya untuk berpartisipasi meringankan beban saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah,” ucap Jhoni. Ia berharap kepada para korban diberi kesabaran dan ketabahan.
Cerita Warga yang Menjadi Korban Tanah Bergerak
Salah seorang warga yang rumahnya rusak akibat tanah bergerak, Hanif mengatakan, pergerakan tanah telah terdeteksi sejak lama yang ditandai dengan retakan disekitar rumahnya.
“Retakan yang muncul itu halus seperti rambut,” tutur Hanif.
Ia menuturkan, sebelum kejadian dirinya yang juga relawan rescue bersama rekanya mengevakuasi mayat yang ditemukan di Sungai Pedes.
Saat turun hujan pada sore harinya, terdengar retakan atau patahan yang berasal dari dapur rumahnya.
“Saya mendengan bunyi ceter-ceter di belakang. Setelah saya lihat ternyata ada keramik yang pecah,” ungkap Hanif.
Hanif bersama keluarganya mengungsi ke tempat yang lebih aman karena khawatir melihat kondisi rumahnya yang semakin menghawatirkan. (*)