Portal Pantura, Yogyakarta – Di dekat kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, terdapat kuliner legendaris yang tak hanya menawarkan cita rasa, tetapi juga pengalaman unik dalam menikmati makanan.
Warung Mangut Lele Mbok Marto, yang telah berdiri sejak 1969, menjadi daya tarik tersendiri karena penyajiannya dilakukan langsung di dapur tradisional.
Lokasi Strategis dan Mudah Dijangkau
Warung ini terletak di Dusun Ngireng-ireng, Panggung Harjo, Sewon, Bantul, sekitar 400 meter dari kampus ISI.
Pengunjung hanya perlu mengikuti petunjuk ke arah jalan kecil yang berujung di lokasi parkir warung.
Meski sederhana, tempat ini mampu menampung banyak pengunjung, terutama pada akhir pekan, ketika jumlah pelanggan meningkat signifikan.
Proses Memasak Tradisional
Keunikan warung ini terletak pada proses memasaknya.
Lele diasap selama sekitar 1,5 jam menggunakan serabut kelapa sebagai bahan bakar.
Metode ini menghasilkan aroma khas yang membuat lele memiliki tekstur kering dengan cita rasa otentik.
Menurut karyawan di sana, penggunaan serabut kelapa memberikan hasil yang berbeda dibandingkan arang, terutama dalam hal aroma dan warna.
Setiap harinya, warung ini mengolah sekitar 50 kilogram lele, yang setara dengan 400 ekor.
Angka tersebut bahkan bisa meningkat hingga 720 ekor pada akhir pekan.
Proses pengasapan dilakukan secara tradisional di dapur yang tetap mempertahankan nuansa otentiknya sejak puluhan tahun lalu.
Menu Andalan
Warung Mbok Marto menawarkan berbagai pilihan lauk, tetapi mangut lele menjadi menu andalan yang paling diminati.
Lele yang telah diasap dimasak dengan bumbu mangut bercita rasa pedas dan gurih. Kuah santan kental memberikan tekstur creamy yang khas.
Selain mangut lele, terdapat berbagai lauk lain seperti mangut kepala manyung, ikan pari, ayam kampung, dan baceman burung puyuh.
Bagi pengunjung yang tidak menyukai makanan pedas, tersedia pilihan lele tawar dengan bumbu yang lebih ringan.
Untuk sayuran, pelanggan dapat menikmati berbagai pilihan seperti gudeg nangka muda, daun pepaya, dan krecek, semuanya dapat diambil sepuasnya.
Nasi juga disediakan secara gratis tanpa batasan jumlah, membuat pelanggan merasa puas.
Konsep Penyajian Unik
Hal menarik lainnya adalah konsep self-service.
Pengunjung langsung masuk ke dapur untuk memilih dan mengambil makanan yang diinginkan.
Suasana dapur yang gelap akibat asap kayu bakar memberikan nuansa tradisional yang otentik.
Semua hidangan disajikan di atas meja kayu besar, membuat pelanggan merasa seperti sedang menikmati hidangan di rumah nenek mereka.
Harga yang Bersahabat
Harga makanan di warung ini tergolong terjangkau.
Seporsi nasi dan mangut lele dihargai sekitar Rp30.000, sedangkan lauk lainnya memiliki harga bervariasi tergantung jenisnya.
Misalnya, kepala manyung dibanderol Rp50.000 per porsi. Dengan porsi yang besar dan rasa yang memuaskan, harga tersebut dianggap sepadan.
Warisan Kuliner yang Bertahan Lama
Mbok Marto, pendiri warung ini, memulai usahanya sejak muda dengan mempertahankan metode memasak tradisional hingga kini.
Meski usianya telah lebih dari 100 tahun, warisan kuliner ini tetap dilanjutkan oleh keluarganya.
Banyak pelanggan setia yang datang tidak hanya dari Yogyakarta, tetapi juga dari luar kota, untuk menikmati keunikan rasa yang sulit ditemukan di tempat lain.***